Terlihat permukaan Matahari tampak 'retak' di beberapa bagian. Penampakan 'retakan' itu diperkirakan sepanjang 533 ribu mil atau sekitar 857.780,352 km.
menurut juru bicara NASA, 'retakan' hitam itu bukan retakan sungguhan dan benar-benar tidak abadi.
Dijelaskan Badan Luar Angkasa Negeri Paman Sam itu, 'retakan' hitam itu disebut 'Filamen Matahari' yang biasa muncul dalam beberapa waktu. Filamen itu bergerak meletus ke luar angkasa sebagai 'coronal mass ejection' dan kadang kembali lagi ke permukaan Matahari seperti hujan.
Namun fenomena itu tak bertahan lama. Dalam beberapa hari kemudian, penampakan 'retakan' tersebut akan menghilang.
'Retakan' hitam tersebut merupakan area material yang lebih dingin yang melayang di permukaan Matahari. Sedangkan penampakan merah di sekelilingnya merupakan material yang panas.
"SDO menangkap gambar filamen dalam berbagai panjang gelombang, yang masing-masing membantu menunjukkan temperatur berbeda dari material matahari," kata juru bicara NASA tersebut.
Belum diketahui mengapa fenomena itu bisa terjadi. Sejak diluncurkan pada 11 Februari 2010 menggunakan roket 'ULA Atlas V' dari Stasiun Cape Canaveral, Florida, ilmuwan mulai menyelidiki penyebab dan proses 'retakan' atau struktur itu bisa terjadi.
"Ilmuwan juga tengan mendalami bagaimana ciri bagian dalam, medan magnet, panas korona, dan seberapa padat radiasi yang menciptakan ionosfer atau atmosfer yang terionisasi oleh radiasi Matahari, serta dampaknya bagi Bumi."
Ditambahkan bahwa, penelitian ini dilakukan untuk memperkirakan panas Matahari dalam rangka melindung pesawat, satelit, dan astronot yang bekerja dan menetap di luar angkasa.
Sign up here with your email
ConversionConversion EmoticonEmoticon